Dewan Kerja Daerah Kalbar

PERKARA KECIL akan tampak BESAR dimata Orang yang berjiwa kecil... dan PERKARA BESAR akan tampak KECIL dimata Orang yang BERJIWA & BERCITA-CITA BESAR... TETAPLAH DIJALUR YANG BENAR KARENA KITA TIDAK TAHU KAPAN MAUT MENJEMPUT

Senin, 01 Juni 2009

Kecerdasan Sempurna


Kosakata kecerdasan akrab di telinga semua orang yang bekepentingan atas pendidikan. Kecerdasan menjadi kunci memaknakan keberhasilan pendidikan, meski belum tentu arah kecerdasan yang dimaksud. Beberapa dekade ke belakang, kecerdasan pada seseorang lebih diarahkan pada kemampuan berfikir untuk hal-hal yang bersifat materil.

Dalam al-quran, pendidikan pada anak-anak kita diidamkan menjadikan mereka sebagai penghias mata (qurrah al-ain) dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (lil muttqîn imâmâ). Kwalitas estetik dan ketaqwaan ini, berdimensi sosial-transendental. Dalam bahasa populer manajemen kecerdasan mutakhir terdiri dari; kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).

Dalam konteks itu, penulis punya catatan tersendiri atas kecendrungan prestasi yang diraih oleh seorang anak didik, sering diukur dengan nilai raport yang terkesan formalistik. Bila warna merah mendominasinya, maka mereka diposisikan gagal. Padahal nilai-nilai raport hanya representasi dari kecerdasan intelektual (Intelektual Quotient, IQ). Sementara kecerdasan emosional (Emotional Quotient, EQ) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient, SQ) kurang mendapat perhatian dalam nilai raport yang selama ini ada.

Kalaupun ada, kita mendapatinya hanya beberapa kolom dengan ukuran a, b, dan c, yang menurut hemat penulis tidak cukup memadai untuk merepresentasikan dua kecerdasan itu. Padahal kedua macam kecerdasan itu sudah ada benihnya dalam setiap anak didik. Menumbuhkan keduanya merupakan target strategis bagi setiap penyelenggara pendidikan.

Potensi Kecerdasan

Kecerdasan intelektual (IQ), dibangun lewat nalar salah-benar ketika menyikapi segala sesuatu di luar diri anak didik. Ini tidak terlalu berpengaruh dalam menciptakan sosok pribadi yang paripurna. Tapi harus dilengkapi dengan rasa 'enak dan tidak' dalam prilaku sosial sebagai representasi dari kecerdasan emosional (EQ) dan kondisi 'tenang-gundah' sebagai manifestasi kecerdasan spiritual (SQ) yang bersifat transendental.

Kecuali itu, nalar salah-benar cendrung melakukan prose 'dehumanisasi' pada diri anak didik. Mereka terpaksa memandang diri dan lingkungannya sesuai tolak ukur yang mekanik. Sementara perasaan dan keyakinan disembunyikan dalam dirinya. Mereka dijejali dengan kepribadian artifisial yang satu saat akan merugikan sisi kemanusiaan itu sendiri. Menjadi sukses ditakar dengan deret ukur, tidak peduli sisi emosi dan spiritual anak ketika ada dalam lingkungannya.

Aktualisasi potensi IQ, EQ,, dan SQ, akan membawa implikasi yang sangat besar pada anak didik dalam cara berfikir dan bersikap. Mendidik bukan saja menjadikan seseorang menjadi 'rasional', tetapi lebih menjadikannya bersikap 'irrasional'. Karena terdapat potensi besar dalam diri setiap individu. Tidak hanya menyangkut hubungan-hubungan sosial antarmanusia, tetapi juga hubungan-hubungan transendental yang bersifat emosional-spiritual .

Memaknakan eksistensi emosional-spiritual bagi anak didik sedianya menjadi agenda penting bagi para penyelenggara pendidikan. Pendidikan, kecuali bertujuan membentuk kecerdasan intelektual, juga membentuk pribadi anak didik yang peka akan eksistensi emosioan-spiritualnya. Pendidikan yang terlalu mementingkan kecerdasarn intelektual mereduksi hakikat kemanusiaan itu sendiri; sebagai makhluk sosial dan emosional-spiritual sekaligus.

Lalu bagaimana menumbuhkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) tersebut ? Pertanyaan ini berimplikasi pada; (1) aktualisasi kurikulum yang berlaku, (2) peran seorang guru, (3) peran orang tua, dan (4) lingkungan di sekeliling anak didik. Semuanya harus diperankan secara integratif, baik itu oleh diri anak didik sendiri atau pihak di luar anak didik.

Kurikulum berbasis kompetensi yang belakangan marak dipergunakan di sekolah-sekolah, sedianya dicermati secara jeli. Kalau saja jatah untuk mengelola ketiga potensi kecerdasan anak (IQ, EQ, SQ) tidak diberikan secara proporsional, maka hasil yang didapatkan akan berbanding lurus dengan prosentasi itu. Jika ia hanya beda dalam 'cara mengajar' bukan pada 'apa yang diajarkan', maka aktualisasi kurikulum mutlak dilakukan.

Upaya itu, tidak perlu ditakuti sebagai yang 'melanggar' ketentuan pengajaran yang disepakati bersama. Otonomi tiap penyelenggara pendidikan terlihat signifikansinya ketika, 'kurikulum resmi' terkesan dikramatkan yang pada gilirannya mengorbankan out put tiga kecerdasan anak didik itu sendiri. Kurikulum sedianya diaktualisasikan dalam bentuk turunan program pengajaran yang sesuai dengan konteks ruang dan waktu di mana proses belajar-mengajar dilakukan.

Penyelenggara pendidikan harus berani menanggung resiko coba dan salah dalam proses belajar-mengajar. Kalau perlu tiap semester, turunan program pengajaran itu mengalami perubahan secara signifikan. Pendidikan harusnya ditempatkan sebagai prose yang terus berjalan (on going process) mengiringi perubahan ruang dan waktu itu sendiri. Dan ia tidak dianggap sebagai sesuatu yang konstan dan kaku.

Selain itu, peran guru yang selama ini dianggap 'sentral' oleh sebagian besar pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan, harus segera dijernihkan. Guru kerapkali diposisikan tidak proporsional, hingga tidak fokus menjalankan fungsi dasarnya sendiri. Ketika anak didik berada di sekolah, memang sepenuhnya menjadi tanggungan seorang guru. Tapi tetkala anak didik berada di luar sekolah, peranannya diambil alih oleh pihak selain guru.

Pendidikan adalah sistem yang membutuhkan peranan semua pihak; baik itu guru, orang tua, dan lingkungannya. Seorang guru hanya beperan sekitar 25 % dari aktifitas anak didik manakala dititipkan di sekolah. Selebihnya pihak orang tua dan lingkungannya, memegang peranan yang tidak kalah pentingnya. Separoh lebih proses belajar-mengajar, sebenarnya diperankan secara efektif oleh para orang tua dan lingkungannya itu.
Kapitalisasi Pendidikan

Adalah kapitalisasi pendidikan yang menjadi musuh dari integrasi peran guru, orang tua, dan lingkungannya dalam meraih kecerdasan paripurna setiap anak didik. Sejak disusupi idiologi kapitalisme, 'peran sentral' seorang guru semakin dikambinghitamkan sebagai biang kegagalan dalam mendidik seorang anak. Guru kencing berdiri murid kencing berlari', kerapkali dijadikan pameo dalam dunia pendidikan. Padahal tidak mustahil, maaf, 'cara kencing' orang tua dan lingkungannya juga akan ditiru oleh setiap anak didik.

Dengan telah membayar sejumlah uang, orang tua dan lingkungannya telah menempatkan anak didik seperti kendaraan yang dititipkan pada sebuah bengkel. Tragisnya, kalau pun berhasil hanya ditakar dengan tolak ukur formalistik, yakni kecerdasan intelektual (IQ) un sich. Orang tua dan lingkungannya akan merasa tidak lagi rugi kalau saja nilai raportnya tidak dilumuri warna merah tanpa mau peduli pada sisi emosional-spiritual anaknya.

Hal ini lebih disebabkan oleh pandangan untung-rugi seperti transaksi jual-beli, dengan kepuasan pada kecerdasan intelektual (IQ) anak didiknya. Menitipkan anak didik dianggap layak dengan ukuran material, bukan dengan rasa saling memiliki dan transendensi proses belajar-mengajar anak didik. Karenanya kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ) yang diidamkan, terlewatkan dalam iklim pendidikan yang besifat kontraktual sebagai buah dari kapitalisasi pendidikan tersebut.

Inilah yang dapat kita baca pada kapitalisasi pendidikan dewasa ini. Pendidikan dengan cepat menjadi barang dagangan yang menggiurkan bagi banyak orang. Motifnya lebih disebabkan mencari keuntungan material sebanyak-banyaknya dari ‘bisnis pendidikan’ tanpa ambil pusing untuk apa pendidikan itu sendiri.

Pendidikan di negara kita, memang masih jauh untuk diselenggarakan ‘gratisan’ bagi warganya. Meski Mahkamah Konstitusi telah menggugurkan peraturan perundang-undangan yang memberikan dana pendidikan kurang dari 20 %; seperti ketentuan UU 1945. Namun alokasi itupun, hemat penulis belum cukup untuk menyelesaikan problem profesionalisasi pendidikan di negari ini.

Walhasil, persepsi keliru atas dunia pendidikan, sedianya jadi pelajaran penting bagi orang tua dan lingkungannya. Tanggungjawab pendidikan itu tidak hanya dibebankan pada pundak seorang guru. Tapi dialamatkan juga pada peranan orang tua dan lingkungannya itu sendiri. Jika ini bisa dimulai, kecerdasan paripurna tidak lama lagi akan bersemayan dalam diri anak didik kita. Wa Allâh 'alam bi al-shawâb.

Senin, 15 September 2008

Dewan Kerja Daerah Kalbar: NUANSA BARU

Salam Pramuka

assalamu'alaiku, wah baru' bisa sekarang ni bisa nyambung lagi, oh iya sekarang kita kan bulan September ya...., eh... September ngak salah tuuu berarti udah lama ni ngak nulis ya ! Ok maaf ya' baru' sekarang bisa nyempatin untuk mengelola Bloger ini .

Oh...Iya sekarang kan lagi Puasa ya"
tak Lupa kami Ucapin " SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1428 H "
semoga dapat menjalaninya dengan baik dan lancar , amin .

Apakabar kakak-kakak pasca RAINAS kemarin ? , jangan lupa loh.. oleh-oleh kegiatannya

Yang jelas, saat ini kami informasikan buat kakak-kakak sekalian bahwa beberapa bulan kedepan ya..pokoknya sampe Desember 2008 ada beberapa planning kegiatan (info awal ja') :
1. Jambore Asian Pasific region di Cibubur bulan Oktober
2. KPDK Tk Daerah di Pontianak bulan Nopember
3. PERTISAKA KENCANA bulan Desember
4. Perkemahan Budaya di Kab. Sambas bulan Desember

kemudian dalam waktu dekat ini dengan manfaatkan momen Ramadhan Dewan Kerja Daerah bersama Kwarda akan melaksanakan kegiatan semacam Pramuka Peduli Sesama dalam bentuk pembagian konsumsi berbuka puasa pada anak-anak jalanan di Kota Pontianak dan sekitarnya

Senin, 19 Mei 2008

NUANSA BARU

Alhamdulillah, kemarin pada tanggal 10 April 2008 diadakan pelantikan DKD Kalbar yang dilaksanakan di Sekretariat KWARDA Kalbar yang dilantik oleh Kak Suryadi selaku Sekretaris Kwarda. Adapun susunan pengurus Dewan Kerja Daerah Kalbar sebagai berikut :

Ketua : Bambang Hermansyah
Wakil Ketua : Heny
Sekretaris I : Sy. Hardiansyah
Sekretaris II : Anis Sarbayni
Bendahara : Meylani Puput utri Sari
Bidang-bidang :
Bidang Kajian Kepramukaan : Sugiarto Kurniawan
Nurussa'adah
Bidang Kegiatan Kepramukaan : Sri Mulyana
M. Zainuddin
Bidang Pengabdian Masyarakat : Riyan Febrianto
Susilawati
Sri Wahyuni
Bidang Evaluasi dan Pengembangan : Siti Fatimah
Nurlaeli Muhajir

Dkd Kalbar sebagai bagian kelengkapan dari Kwarda, ujung tombak pramuka penegak dan pandega dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya tentunya tidak bisa dilepaskan dari bimbingan orang dewasa. Dalam melaksanakan programnya kedepan tentunya kami menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan oleh karena itu masukan dan sarannya yang membangun sangat diperlukan demi kemajuan dan perkembangan Dkd Kalbar khususnya dan Pramuka Penegak dan Pandega umumnya.
Apalagi masa bakti Dkd Kalbar pasca Musppanitera Luar Biasa kemarin, kita hanya punya waktu sisa kurang lebih 1 tahun setengah dan dalam waktu dekat ini kita punya gawe besar yaitu Raimuna Nasional di Cibubur Jakarta 27 Juni - 7 Juli 2008.

Minggu, 16 Maret 2008

Sejarah Pramuka internasional

Sejarah Pramuka internasional

A. Sejarah Hidup Lord Bodden Powell
Pencetus berdirinya Gerakan Pramuka sedunia adalah Lord Bodden Powell. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1857 di London, Inggris. Nama sesungguhnya ialah Robert Stepenshon Smyth. Ayahnya adalah seorang Profesor Geometri di Universitas Oxford bernama Boden Powell yang meninggal ketika Stepenshon masih kecil.
Lahirnya pendidikan Gerakan Pramuka diilhami oleh pengalamanpengalaman semasa hidupnya diantaranya adalah :
a. Ditinggal ayahnya sejak kecil dan mendapat pembinaan watak dari ibunya.
b. Latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olahraga dan lain lainnya didapat dari kakak-kakaknya.
c. Boden Powell sangat disenangi teman-temannya karena selalu gembira, lucu, cerdas, suka bermain musik, bersandiwara, mengarang dan menggambar.
d. Pengalaman di India sebagai Letnan Ass (pembantu Letnan) pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang. Dan ditemukan di puncak gunung, serta keberhasilan melatih panca indra kepada Kimball O’Hara.
e. Pengalaman terkepung Bangsa Boer di Kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makan.
f. Pengalaman mengalahkan Kerajaaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.
Semua pengalaman hidupnya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul ‘Aids to Scouting’. Buku ini sebenarnya berisikan petunjuk petunjuk kepada tentara muda inggris agar dapat melakukan tugas penyelidikan dengan baik. Buku ini sangat menarik bukan hanya bagi para pemuda bahkan juga orang dewasa.
Seorang pemimpin Boys Brigade di Inggris yang bernama tuan William Smyth meminta beliau untuk melatih anggotanya sesuai dengan cerita-cerita pengalaman beliau yang terdapat dalam buku ‘Aids to Scouting’. Akhirnya dipanggillah 21 pemuda dari Boys Brigade dari berbagai wilayah negeri Inggris untuk diajak berkemah dan berlatih di pulau Brownsea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pada tahun 1901 beliau meminta pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jendral. Pada tahun 1929, beliau mendapat titel Lord dari Raja George. Beliau menikah dengan Olave St Clair Soames dan dianugrahi 3 orang anak. Beliau meninggal pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.

B. Tahun-tahun Penting Dalam Sejarah Kepramukaan Dunia
a. Awal tahun 1908 Bodden Powell menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang berjudul ‘Scouting For Boys’, buku ini sebagai pembungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada mulanya latihan ini ditujukan kepada anak laki-laki usia penggalang yang disebut Boys Scout. Tetapi kemudian atas bantuan Agnes adik perempuannya didirikan sebuah organisasi kepramukaan putri yang diberi nama Girl Guides yang kemudian dilanjutkan oleh Nyonya Boden Powell.
b. Tahun 1914 Bodel Powell mulai menulis petunjuk untuk kursus pembina Pramuka. Rencana ini baru dapat dilaksanakan pada tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F.de Bois Macleren, Boden Powell mendapat sebidang tanah di Chingford, yang digunakan sebagai tempat pendidikan pembina Pramuka. Tempat ini terkenal dengan nama Gillwel Park.
c. Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga yang disebut CUB (Anak Serigala) dengan buku The Jungle Book, berisi tentang cerita Mowgli anak didikan rimba (anak yang dipelihara di hutan oleh induk serigala) karangan Rudy Kipling sebagai cerita pembungkus kegitan CUB tersebut.
d. Tahun 1918 Boden Powell membentuk Rover Scout (Pramuka usia penegak).
e. Tahun 1920 diselenggarakan Jambore se-Dunia yang pertama di Arena Olympia, London. Boden Powell telah mengundang pramuka dari 27 negara yang pada saat itu Boden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia.
f. Tahun 1922 Boden Powell menerbitkan buku ‘Rovering to Success’ (Mengembara menuju bahagia), yang berisi petunjuk bagi pramuka penegak dalam menghadapi hidupnya.
g. Pada tahun 1920 dibentuk dewan internasional dengan 9 orang anggota dan biro sekretariatnya berada di London, Inggris.
h. Pada tahun 1958 Biro Kepramukaan se Dunia (putra) dipindahkan dari London ke Ottawa di Kanada.
i. Tanggal 1 Mei 1968 Biro Kepramukaan se Dunia (putra) dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak tahun 1920 sampai 1965 kepala Biro Kepramukaan se Dunia ini dipegang berturut-turut oleh Hubert Martin (Inggris), Kol J.S. Wilson (Inggris), Mayjen D.C Spry (Canada). Tahun 1965 DC Spray diganti oleh R.T Lund dan sejak 1968 sampai sekarang dipegang oleh DR. Lasza Nagy sebagai sekjen. Biro Kepramukaan sedunia (putra) hanya mempunyai 40 orang tenaga staf yang ada di Genewa dan di 5 kantor kawasan, yaitu di Costa Rica, Mesir, Philipine, Swiss dan Nigeria. Biro Kepramukaan sedunia putri sampai sekarang tetap berada di London dan juga mempunyai kantor di 5 kawasan yaitu Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.

Rabu, 27 Februari 2008


Salam Pramuka,
Selamat pagi, siang, petang atau malam buat kakak sekalian yang sudi berkunjung di blog ini. Kali ini DKD mencoba membuat blog ini, ya... semoga saja akan memberikan kemudahan bagi kita semua ya... khususnya para kakak-kakak yang berkecimpung didunia kepenegakan dan kepandegaan. Blog ini dibuat tidak lain mencoba untuk merealisasikan opini dari kakak-kakak yang ada di Dewan Kerja Cabang, kita menyadari bahwa di era kemajuan zaman sekarang ini menuntut untuk perlunya suatu media yang dijadikan sebagai alat komunikasi dan informasi ya... syukur-syukur kita kan bisa bagi pengalaman, keluh kesah, d el el. Oleh karena itu, saat ini DKD Kalbar mencoba merealisasikannya. Ya... semoga saja dapat dimanfaatiin dan berguna bagi kakak-kakak sekalian dalam membagun dan mengembangkan organisasi ini . Akhirnya, sembari mengucapkan Alhamdulillah blog ini dapat dibuat walaupun masih edisi pertama dan tentunya terdapat kekurangan didalamnya, untuk itu tolong sarannya ya..., OK

" Pesan kame-kame....! '

1. Pada tanggal 23 - 24 Februari 2008 ; MUSPPANITERALUB Th 2008 ............Kodifikasi MUSPPANITERALUB ye nanti yeeeeee...

2. dah siap blom, go to RAINAS 2008 ! Oh, JUKNIS ye kame pun (DKD) blom dapet nih....


PETA KALBAR

PETA KALBAR
GAMBAR KALBAR